Air Mata Terindah Cristiano Ronaldo
#Antoine Griezmann,
#Cristiano Ronaldo,
#Didier Deschamps,
#Dimitri Payet,
#Eder,
#EURO,
#EURO 2016,
#Final EURO,
#Joao Moutinho,
#Juara EURO,
#Perancis,
#Portugal,
#Rui Patricio
0
komentar
" Ini sesuatu yang selalu saya impikan. Juara bersama Portugal akan menjadi prestasi besar. Mudah - mudahan kami beruntung karena kami semua yakin: saya yakin, rekan-rekan setim saya yakin, seluruh Portugal yakin, dan begitu juga dengan masyarakat Portugal yang tinggal di Prancis, " ujar Ronaldo sebelum final.
Portugal berambisi merebut gelar juara Euro untuk pertama kali dalam sejarah. Gelar itu akan menjadi yang terbesar setelah sebelumnya mereka selalu identik dengan keberhasilan Generasi Emas memenangi Piala Dunia Junior. Mimpi Ronaldo tak hanya menjadi miliknya pribadi, mimpinya adalah juga mimpi skuat dan masyarakat Portugal.
Faktanya, cedera membatasi Ronaldo dalam mewujudkan mimpi itu. Portugal harus melanjutkan sisa pertandingan final tanpa dirinya. Pelatih Fernando Santos pun merubah formasi setelah Ronaldo cedera. Sang pelatih merubah formasi menjadi 4-5-1 dan berkonsentrasi membangun tembok pertahanan.
Langkah cepat diambil setelah melihat Prancis berkali - kali melancarkan gempuran. Moussa Sissoko tampil seperti kerasukan Zinedine Zidane. Kemudian Antoine Griezmann beberapa kali menunjukkan ambisi ingin menambah koleksi golnya, tapi gawang Rui Patricio tetap tidak goyah.
Portugal mau tak mau mengandalkan serangan balik. Beberapa kali kesempatan itu muncul karena lini tengah Prancis bermain terbuka sehingga meninggalkan banyak ruang. Sayangnya, tidak ada pemain Portugal yang cepat membaca situasi. Mereka lebih banyak menggiring bola. Akibatnya, pemain Prancis dapat dengan cepat kembali siap di posisi bertahan.
Tak bisa dipungkiri, ada ketergantungan terhadap Ronaldo. Ketika Ronaldo tak bermain, para pemain seperti mengalami kebingungan. Tidak ada yang memimpin saat tim naik menyerang. Tapi, sesungguhnya ini menjadi ujian sebenarnya bagi Portugal untuk membuktikan kalau mereka tak selamanya bergantung pada Ronaldo. Mereka tampil kompak menjaga benteng pertahanan.
Prancis hanya bisa menyalahkan diri sendiri tak mampu memanfaatkan situasi ini. Pelatih Didier Deschamps melakukan pergantian pertama pada menit ke-58. Kingsley Coman masuk menggantikan Payet. Pergantian kedua Deschamps, 11 menit kemudian, menunjukkan kesalahan sang pelatih dalam berimprovisasi. Andre Pierre Gignac menggantikan Olivier Giroud. Deschamps hanya melakukan pergantian pemain tanpa melakukan perubahan formasi.
Prancis hanya berjarak satu centimeter dari gelar juara ketika tendangan Gignac menghantam tiang gawang Patricio saat injury time babak kedua. Tetapi itulah jarak terdekat mereka dengan gelar juara. Para pemain Prancis mulai kehabisan akal di babak perpanjangan waktu. Patricio bermain impresif dengan melakukan total tujuh penyelamatan sepanjang laga.
Santos diam - diam memasukan senjata rahasia sebelum waktu normal berakhir dengan menarik keluar Renato Sanches, bintang muda yang meroket di turnamen ini, dan memasukkan Eder. Pemain yang baru dimasukkan ini pernah mengatakan akan menjadi topskor saat turnamen hendak dimulai. Meski hanya dimainkan sebagai pemain cadangan dengan menit bermain yang minim di turnamen ini, kepercayaan diri Eder tak berkurang sedikit pun. Apalagi dia berbekal mantra khusus dari Ronaldo.
" Ronaldo bilang saya akan mencetak gol kemenangan, " ungkap Eder. Ronaldo memang enggan berdiam diri di bangku cadangan sepanjang sisa pertandingan. Dengan perban yang membalut lutut kiri, dia ikut bangkit memberikan semangat kepada rekan - rekan setimnya. Sama semangatnya seperti ketika dia mendorong Joao Moutinho untuk mengambil eksekusi penalti pada pertandingan perempat-final melawan Polandia.
Pemain, pencetak gol, pemecah rekor, kapten, pemimpin -- begitu banyak peran yang dimainkan Ronaldo, termasuk rupanya menjadi Nostradamus. Pada menit ke-109, Eder melepaskan tembakan keras mendatar dari jarak 25 meter. Bola tak dapat dijangkau Hugo Lloris dan bersarang di pojok gawang Prancis. Tribun pendukung tuan rumah seketika bungkam.
Eder merusak impian itu. Portugal, yang diinspirasi kepemimpinan Ronaldo, mengejutkan tuan rumah. Selecao menjadi juara baru setelah mengukir 35 kali penampilan di putaran final Euro.
0 komentar: